Langsung ke konten utama

Nilai Berita (News Value)

news value scale
     Jurnalisme adalah bercerita dengan suatu tujuan. Dalam cerita atau berita, tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari satu peristiwa. Dalam berita ada karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). 
      Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna atau yang bisa diterapkan untuk menentukan kelayakan berita (newsworthy). Peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengundang konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.
Konflik
Kebanyakan konflik adalah layak berita. Konflik fisik seperti perang atau perkelahian adalah layak berita karena biasanya ada kerugian dan korban. Kekerasan itu sendiri membangkitkan emosi dari yang menyaksikan dan mungkin ada kepentingan langsung. Demikian pula perkelahian di lapangan sepak bola yang dilanjutkan dengan perusakan-perusakan setelah pertandingan. Perang, pembunuhan, kekerasan biasanya mendapat tempat di halaman muka. Selain konflik fisik ini, debat-debat (konflik) mengenai pencemaran, reaktor nuklir dan ratusan isu yang menyangkut kualitas dari kehidupan mendapat tempat yang penting dalam pemberitaan.

Kemajuan dan Bencana
Dari konflik biasanya menyusul kemenangan suatu pihak dan kekalahan bagi pihak lain. Dari perjuangan hidup yang rutin, yang umumnya tidak layak berita sering muncul keberhasilan yang gemilang. Dari riset dan uji coba yang tenang lahir penemuan baru, pengobatan baru, alat-alat baru – progres. Demikian pula kebakaran dan bencana alam seperti gempa, gunung meletus, banjir bisa terjadi tiba-tiba. Misalnya Kerusakan pembangkit tenaga nuklir di Fukushima Jepang atau Chernobyl di Rusia, bencana tsunami Aceh di Indonesia. Begitu pula orang-orang yang kehilangan pekerjaan, para pekerja migran yang menjadi masalah negara.
Konsekuensi
Suatu peristiwa yang mengakibatkan atau bisa mengakibatkan timbulnya rangkaian peristiwa yang mempengaruhi banyak orang adalah jelas layak berita. Konsekuensi ini umumnya diterima sebagai nilai berita dan menjadi ukuran pentingnya suatu berita. Semua peristiwa yang layak berita mempunyai konsekuensi. Contohnya, pertandingan bola konsekuensinya tidak sebesar kampanye politik nasional, sementara perang konsekuensinya paling besar dari semua, apalagi perang nuklir. Konsekuensi mengukur konflik. Demikian pula, konsekuensi bisa mengukur bencana dan progres. Kebakaran yang menghabiskan sebuah rumah pribadi sangat kecil konsekuensinya dibanding dengan badai David yang menewaskan lebih dari seribu orang, mengakibatkan ribuan orang kehilangan rumah, dan menghancurkan hampir semua panen nasional di Republik Dominika.
Kemahsyuran dan Terkemuka
Umumnya disetujui bahwa nama membuat berita dan nama besar membuat berita lebih besar. Harus ada tindakan atau perbuatan agar nama itu, baik yang besar maupun yang kecil bisa menjadi berita. Ada aura berita di sekeliling orang-orang terkenal. Apa yang mereka lakukan atau katakan sering membuat berita karena ada konsekuensinya. Prediksi seorang pengamat ekonomi nasional bisa mempengaruhi pasar modal, demikian pula pemimpin politik nasional yang berjabat tangan dengan seorang calon politik lokal akan meningkatkan derajat sang kandidat.
Saat yang Tepat dan Kedekatan
Kedua elemen itu sering tidak membuat sesuatu secara otomatis menjadi layak berita. Mereka lebih sebagai ukuran yang diterapkan pada semua peristiwa dalam membedakan berita dan yang bukan-berita. Saat yang tepat (timeliness) dan kedekatan (proximity) ini adalah ukuran yang diterapkan pada berita untuk menentukan apakah layak dihimpun atau di mana bisa dijual. Salah satu aset utama dari berita adalah kesegaran (freshness). Kecelakaan lalu-lintas hari ini pada jam sibuk lebih layak berita daripada kecelakaan  lalu-lintas serupa yang terjadi seminggu lalu. Kecelakaan setempat lebih layak berita daripada kecelakaan serupa yang terjadi di kota lain. Ini mengenai kedekatan.
Keganjilan
Salah satu gagasan klise dari surat kabar tentang berita adalah apa yang dikemukakan Jhon Bogart, editor kota koran The Sun (NY): “Bila anjing menggigit orang, itu bukan berita, tetapi bila orang mengigit anjing itu berita.” Bagaimana kalau yang digigit anjing itu seorang presiden, atau anjing glandangan yang mengigit sejumlah orang sehingga menimbulkan kepanikan karena takut terkena rabies? Jadi gagasan di atas tidak seluruhnya akurat. Tetapi gagasan itu memberikan arti tersendiri. Keganjilan yang kerap kita lihat dalam berita misalnya mengenai anak sapi yang berkepala dua atau kucing yang menempuh jarak puluhan kilometer mencari pemiliknya yang pindah ke kota lain. Peristiwa-peristiwa tersebut termasuk kejadian yang luar biasa. Seperti juga kejadian-kejadian yang kebetulan, kejadian yang sangat kontras, cara hidup yang ganjil, kebiasaan dan hobi yang tidak umum, ketakhayulan termasuk menarik perhatian banyak pembaca. Elemen umum dari menarik adalah bahwa peristiwa itu ganjil, tidak biasa.
“Human Interest”
Banyak cerita di surat kabar yang bila dilihat sepintas tidak seperti berita karena tidak memenuhi unsur-unsur konflik, konsekuensi, progres dan bencana, keganjilan, atau nilai berita khusus lainnya. Cerita-cerita itu disebut human interest atau feature, seperti kisah seorang kakek berumur 70 tahun yang kembali ke sekolah menengah untuk mendapatkan ijazah, orang yang mengaku telah mengembangkan ramuan ajaib yang bisa menumbuhkan rambut, dan banyak lagi cerita menarik tentang manusia. Secara sederhana bisa dijelaskan bahwa nilai berita dari cerita-cerita demikian merupakan kombinasi dari berbagai unsur yang sudah disebutkan seperti bencana, progres, konflik, dan sebagainya. Kebanyakan cerita-cerita ini berisikan unsur keganjilan yang mungkin bisa disebut human novelities.
Biasanya peristiwa ini tidak berdiri sendiri. Banyak kejadian yang layak berita karena memenuhi unsur keganjilan yang bila ditulis hanya menjadi berita yang sangat pendek. Editor dapat mengusulkan agar wartawan mengubah berita menjadi cerita human interest. Dalam hal ini maka wartawan akan bertindak lebih dari sekedar mengumpulakan fakta kejadian. Ia akan menjelajahi lebih dalam mengenai unsur-unsur kemanusiaan dengan mengumpulkan bahan-bahan tambahan seperti yang menyangkut emosi, fakta, biografis, kejadian-kejadian yang dramatis, deskripsi, motivasi, ambisi, kerinduan, dan kesukaan dan ketidaksukaan umum di masyarakat. Semua ini bukan peristiwa, tetapi latar belakang dari peristiwa (the background of events). Sebenarnya, cerita human interest berisi nilai cerita (story value) dan bukan nilai berita (news value).
Seks
Seks ini umum dipertimbangakan oleh para editor sebagai nilai berita. Hal ini akan terasa benar bila dihubungkan dengan orang-orang terkenal. Misalnya heboh kisah cinta Raja Edward VIII (1894-1972) dari Inggris, yang rela melepaskan tahta kerajaannya demi seorang janda, Wallis Warfield Simpson yang dinikahinya. Kawin-cerai bintang film terlebih bila di dalamnya ada unsur konflik atau mungkin bencana.
Sesuai dengan perubahan zaman, berita-berita tentang seks kini diungkapkan lebih terbuka. Seks sekarang mempunyai nilai berita yang tinggi terlebih bila melibatkan orang penting, pejabat, dan selebriti. Tidak dipungkiri lagi bahwa berita dan rekamannya sangat menjual, sehingga pemuatannya di media pun makin bebas, terbuka, dan detail terutama mereka adalah bisnis, laku dijual, dengan-disadari atau tidak-mengorbankan norma kesantunan dan selera baik (good taste).
Aneka nilai
Cerita tentang binatang sering manarik. Biasanya binatang membuat berita bila terjadi sesuatu yang menggugah, misalnya seekor anjing yang setiap hari setia menanti majikannya pulang kerja di stasiun kereta, seekor angsa migran yang terbang dengan anak panah tertancap di tubuhnya, dan banyak lagi cerita menarik lainnya. Semua cerita ini jelas mengandung unsur keanehan atau keganjilan.     

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Substitution: A Grammatical Cohesion

Grammatical Cohesion According to Halliday and Hasan (1976: 4), cohesion occurs when the interpretation of some elements in the discourse is dependent on that of another. It concludes that the one element presupposes the other. The element cannot be effectively decoded except by recourse to it. Moreover, the basic concept of it is a semantic one. It refers to relations of meaning that exists within the text. So, when this happens, a relation of cohesion is set up, and the two elements, the presupposing and the presupposed, are thereby integrated into a text. Halliday and Hasan (1976: 39) classify grammatical cohesion into reference, substitution, ellipsis and conjunction. Substitution Substitution is a relation between linguistic items, such as words or phrases or in the other word, it is a relation on the lexico-grammatical level, the level of grammar and vocabulary, or linguistic form. It is also usually as relation in the wording rather than in the meaning. The criterion is the gram

Lexical Cohesion in Discourse Analysis

Lexical Cohesion Lexical cohesion comes about through the selection of items that are related in some way to those that have gone before (Halliday, 1985: 310). Types of lexical cohesion are repetition, synonymy and collocation. Furthermore, Halliday and Hasan (1976: 288) divide types of lexical cohesion into reiteration (repetition, synonymy or near-synonym, superordinate and general word) and collocation.

Ellipsis in Discourse Analysis

The essential characteristic of ellipsis is something that is present in the selection of underlying (systematic) option that omitted in the structure. According to Halliday and Hasan (1976: 143), ellipsis can be regarded as substitution by zero. It is divided into three kinds, namely nominal ellipsis, verbal ellipsis, and clausal ellipsis. 1)         Nominal Ellipsis Nominal ellipsis means the ellipsis within the nominal group or the common noun that may be omitted and the function of head taken on by one of other elements (deictic, numerative, epithet or classifier). The deictic is normally a determiner, the numerative is a numeral or other quantifier, the epithet is an adjective and the classifier is a noun. According to Hassan and Halliday, this is more frequently a deictic or a numeral than epithet or classifier. The most characteristic instances of ellipsis, therefore are those with deictic or numerative as head.