Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2011

Kompetisi Esai Mahasiswa: Menjadi Indonesia 2011

Salam, Rekan-rekan mahasiswa Kembali Tempo Institute menghadirkan  Kompetisi Esai  Mahasiswa ‘ Menjadi Indonesia ’  2011.  Mohon bantuan untuk menyebarkan informasi ini kepada teman-teman yang ter panggil menjadikan Indonesia lebih baik . ------------------------------------------------------------ Jangan mau terpuruk dihantam kabar buruk yang terus menyungai. Ini Indonesia kita, mari bersama merawat dan membuatnya menjadi Indonesia yang sebenarnya. Indonesia yang bersih dan menjadi tempat bagi Bhinneka Tunggal Ika.   Punya gagasan praktis, terapan, dan membumi untuk membangun Indonesia? Tulis gagasanmu dalam sebuah tulisan esai. Tak perlu muluk bermimpi. Mari perbuat apa yang bisa kita buat demi menyingkirkan korupsi, kemiskinan, kurang pendidikan, sengkarut penegakan keadilan, tergerusnya semangat  bhinneka , dll. Jangan mau larut dalam problem yang berkelindan begitu pekat. Nyalakan lilin, jangan hanya merutuki kegelapan. Memasuki tahun ketig

Pers Mahasiswa Vs Neo NKK/BKK

stop depolitisasi mahasiswa Pemerintah tidak tinggal diam dengan perkembangan jaringan pers mahasiswa ini. Beberapa depolitisasi pers mahasiswa dilakukan. Ambil contoh, ketika Bandung Informal Meeting 1991, yang ketika itu dibatalkan perijinannya karena melihat pertemuan sebelumnya di Wanagama 1991. Pemerintah mulai sensitif dengan kegiatan-kegiatan pers mahasiswa. Maka dibuatlah kegiatan serupa. Semisal Latihan Ketrampilan Pers Kampus Tingkat Pembina atau Pekan Jurnalistik Mahasiswa Indonesia, baik tingkat regional maupun nasional. Dilihat dari istilah dan pematerinya pun mengarahkan pers mahasiswa sebagai pers kampus, keterampilan jurnalistik, skill penulisan, dan sejenisnya, dengan pemateri yang nge -pop. Fasilitas tersedia lengkap dan uang saku yang cukup, bahkan lebih. Anehnya pemerintah waktu itu tidak membuat semacam organisasi tandingan. Semisal BKSPMI pada tahun 1969 semasa IPMI. Barangkali ada perubahan pola yang dilakukan pemerintah. Pengadaan kegiatan waktu itu

Pers Mahasiswa Vs SIUPP dan STT

freedom of press  Kondisi politik yang bergejolak memaksa beberapa pers mahasiswa harus menghentikan terbitannya. Penguasa melalui apparatus -nya meletakkan legitimasi sebagai senjata utamanya. Pers mahasiswa dihadapkan dengan berbagai kemungkinan pereduksian dan pembatasan penerbitan. Soal Surat Tanda Terbit (STT), menyalahi penerbitan khusus, pemberitaan yang politis praktis, dan sebagainya. Pemerintah terlihat sensitif dengan gerakan mahasiswa. Indikasi-indikasi kecil saja harus segera dipangkas sebelum tumbuh. Begitulah sikap pemerintah dan gejolak politik perlu dicermati . Periode I PPMI 1993–1995 berakhir. Tetapi proses konsolidasi yang dilakukan belum selesai. Konstelasi politik menuntut kepedulian lebih, membuat solidaritas gerakan semakin memuncak. Semangat perlawanan terhadap penguasa yang otoriter tak pernah lelah dilakukan. PPMI pun tidak tinggal diam. Sebuah organisasi yang didirikan tanpa orientasi politik tertentu, tapi entitas pers mahasiswa membawa PPMI harus

Mengakhiri Kompromi, Memulai Konsolidasi - Pasca Kongres I PPMI (1992-1995)

       Deklarasi sudah dilakukan. Perjalanan panjang nan melelahkan mengkonsolidasi pers mahasiswa berujung pada terbentuknya wadah baru: PPMI. Sebagai organisasi baru, PPMI diharapkan segera memberesi legalitas keorganisasian, sebagaimana dulu IPMI legal dan diakui oleh pemerintah. Namun dalam soal ini PPMI tidak mau kompromi lagi. Menempuh jalur birokrasi akan hanya akan melelahkan, sebab dalam SK Mendikbud No. 0457/0/1990 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan hanya mengakui format forum komunikasi dalam s kala nasional bukan yang lainnya. 13   Mochtar Lubis dengan lantang menanggapi itu. “Tidak usah legal-legalan, tidak perlu pengakuan, jalan terus, kalau berani! Kalau minta legal kepada penguasa sampai kiamat tak akan dikasih! Karena memang jelas sudah diatur dalam UUD 1945 pasal 28 soal kebebasan berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat dan pikiran. Justru jika ada peraturan di bawah UUD yang mebatasi itu menunjukkan pemerintah tidak konsisten. Bukan

Sekitar Kongres I PPMI (1992-1995)

      Selama r entang waktu dari Deklarasi PPMI ( Oktober 1992 ) di Malang 2   sampai Kongres I PPMI ( 1–3 September 1993 ) di Kaliurang lebih difokuskan pada upaya untuk memfasilitasi pembentukan wadah perhimpunan di daerah-daerah yang selama ini belum ada perkumpulan pers mahasiswa (persma). Mengingat kian vulgarnya tekanan terhadap pers ma hasiswa , maka konsolidasi pembentukan kantong-kantong daerah perlu disegerakan.      Dalam rentang kurang dari tiga tahun , empat pers mahasiswa dibredel dengan motif atau modus yang t id ak jauh berbeda. Keempat pers mahasiswa yang bernasib sial itu adalah: Vokal IKIP PGRI Semarang pada 1992, Dialoque Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya pada 1993, Arena Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 1993, dan Focus Equilibrium Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Udayana Bali pada 1993. Setidaknya empat kasus pers mahasiswa itulah yang terekspos ke publik , dan tidak menutup ke

Lika-Liku Menuju Wadah Baru (Sejarah Pers Mahsiswa Indonesia)

       Se telah lelap dalam kevakuman cukup panjang, dari awal hingga medio dekade 1980, pers mahasiswa (persma) mulai melakukan konsolidasi di beberapa daerah pada akhir dekade itu. Berbagai kegiatan dilakukan, mulai dari pelatihan hingga konsolidasi gerakan. Seperti di Jakarta-Yogyakarta, lalu meluas ke kota-kota lainnya. Di Universitas Negeri Surakarta (UNS) pada November 1990, Januari 1991 di Universitas Negeri Jember (Unej). Dari rangkaian pertemuan tersebut akhirnya merekomendasikan terbentuknya Forum Komunikasi Pers Mahasiswa se-Jawa. 1   Niatan itu kemudian ditindaklanjuti pada Februari di Gedung Wanagama Yogyakarta. 2      Pertemuan di Wanagama yang dihelat pada 6-7 Februari 1991 ini berhasil mengikat kesepakatan untuk membentuk wadah tunggal bagi pers ma hasiswa . Pertemuan ini sebenarnya temu alumni yang awalnya ingin menggagas adanya Kongres IPMI. T et api peserta bereaksi, dan terjadilah perdebatan. Ada yang tetap menginginkan Kongres IPMI dan ada yang menghendaki k

Sejarah Pers Mahasiswa: Akhir IPMI, Awal PPMI

logo PPMI             Sejarah organisasi pers mahasiswa di Indonesia selama ini menjadi semacam narasi pinggiran dalam bingkai besar sejarah pergerakan mahasiswa. T id ak banyak orang yang mengulasnya. Padahal pers mahasiswa (persma) juga menjadi bagian dari gerakan mahasiswa. Berbagai tulisan kritis dan penerbitan alternatif sepanjang sejarah konsolidasi demokrasi dan wacana kebangsaan, diwarnai dan dipimpin organisasi pers mahasiswa. Bahkan di se tiap daerah memiliki basis kampus dan tradisi intelektual, maka beragam bentuk sekaligus kisah perlawanan pers mahasiswa atas re z im represif dan sentralistik.             Mungkin karena karakter gerakan pers mahasiswa yang cenderung tidak ingin populis sebagaimana organisasi yang lainnya: mengerahkan massa turun ke jalan sambil mengibarkan bendera dan atribut organisasi. Tapi sebagai bagian dari gerakan perubahan, pers mahasiswa t id ak pernah absen dalam memberikan kontribusi atas setiap perubahan yang terjadi. Bahkan t i

Ragam Kutipan dalam Penulisan Berita

quotations marks Kutipan yang baik bisa mendukung pembuka dan memperkuat informasi dalm berita. Kutipan yang baik juga akan membuat pembaca seolah-olah mendangar pembicaranya sehingga menambah drama dan perhatian pada berita anda. Tetapi kutipan juga bisa merusak cerita dan mengakibatkan kejemuan bila kutipan itu mengulangi apa yang dikatakan. Sebaiknya uraikanlah dengan kata-kata lain atau membuangnya sama sekali. Kini wartawan cenderung membatasi kutipan-kutipan   - kecuali kutipan itu baik sekali – sebab kutipan itu memakan tempat dan tidak selalu bisa menyampaikan sebanyak informasi seperti penguraian dengan kata-kata lain. Kutipan yang baik adalah yang hidup dan jelas serta yang menyatakan perasaan yang kuat atau reaksi dari pembicaraannya. Bila kata-kata pembicara itu lebih baik dari kata-kata anda, kutipan langsung akan menambah menarik pada berita anda.

Jenis- jenis Paragraf Karangan dalam Media

paragraph symbol Yang juga perlu mendapat perhatian wartawan dalam penulisan adalah paragraf. Paragraf dalam berita lebih merupakan suatu bentuk tipografi daripada sebuah komposisi unit seperti yang dipelajari di sekolah. Bila rata-rata paragraf tradisional yang terdiri dari empat atau lima kalimat dimasukkan ke dalam kolom berita yang sempit, hasilnya adalah suatu blok cetak yang besar dan terdiri sari huruf-huruf yang akan sangat menguji kesabaran pembaca. Pembaca akan cepat lelah. Maka dari itu, sementara berusaha menjaga kriteria suatu paragraf yang baik – kesatuan, urut, koheren, dan lengkap – wartawan perlu memecah serta membuat berita enak untuk dilihat. Dalam banyak jurnalisme cetak, dengan pengecualian pada majalah, kebanyakan paragraf hanya terdiri dari beberapa baris saja. Kadang-kadang bila perlu penekanan, suatu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat. Keprihatinan akan kepenatan pembaca karena membaca paragraf yang panjang, memaksa wartawan umumnya untuk menulis

Lead Soft News (Berita Halus)/feature lead

  Pembuka berita halus yang disebut juga feature lead adalah pembuka yang ditangguhkan ( delayed lead ). Pembuka ini menangguhkan jawaban atas pertanyaan dengan menggoda pembaca dengan deskripsi, anekdot atau pendekatan bercerita yang disebut pembuka narasi ( narative lead ). Dengan pembuka berita halus ini, anda harus menceritakan inti dari cerita itu dalam paragraf inti. Pembuka berita halus bisa terdiri dari beberapa kalimat. Lead yang dikenal sebagai pembuka pada jenis berita halus ini terdiri dari dua jenis yaitu “ lead retorika” ( rhetorical lead ) dan “ lead Stilistik” ( novelty devices ). Lead Retorika Untuk menambah kekuatan dan menimbulkan efek dramatik suatu tulisan, kita dapat melakukannya dengan cara menempatkan dan menyusun berbagai unsur suatu kalimat. Seorang wartawan yang berpengalaman melakukan hal ini dengan nalurinya. Efek yang berbeda-beda akan timbul dari susunan lead yang berbeda pula. Dampak dramatik seperti ketegangan bisa muncul dalam susunan lea

Membuat Lead Hard (Straight) News

Amerika menyebutnya lead atau nose ; Inggris menyebutnya intro ; sedangkan Perancis menyebutnya attaque . Lead adalah pembuka cerita, suatu janji kepada pembaca mengenai apa yang akan datang. Karena itu, paragraf pembuka sangat penting. “Tiga detik, dan pembaca akan menentukan untuk membaca terus atau pindah ke cerita lain. Itulah seluruh waktu yang ada bagi anda untuk membaca terus atau pindah ke cerita lain. Itulah seluruh waktu yang ada bagi anda untuk menangkap pandangan selintas pembaca dan menahannya,” kata Donald Murray dalam bukunya Writing for Your Readers . Tidak heran kalau penulis paranoa, sangat takut mengenai lead ini. Penelitian “ Eye Trac ” mengungkapkan bahwa pembaca sepintas kilas judul-judul berita. Banyak diantara mereka malah tidak membaca ceritanya. Bila mereka mulai membaca, banyak diantaranya tidak membaca samapai akhir. Penelitian juga mengungkapkan bagaimana pembaca memandang berita: mereka sering melompati pembuka dan langsung menuju paragraf inti

8 Tips Membuat Judul Berita

Setiap media tentu saja memiliki aturan dan prinsip sendiri-sendiri dalam menuliskan judul berita. Kekhasan prinsip di dalam merumuskan judul berita itulah yang pada gilirannya akan membuat media bersangkutan dapat diterima oleh pasar dengan baik ataukah tidak. Jika dicermati dengan baik, media-media lokal yang ada di sekeliling kita ternyata akhir-akir ini mulai banyak yang berani mengangkat dimensi-dimensi kelokalan bahasa di dalam perumusan judulnya. Inovasi demikian ini saya rasa baik dan memang harus dilakukan sejauh prinsip-prinsip kebahasaan yang berkaitan dengan pamakaian kata-kata lokal dipenuhi dalam perumusan judul berita tersebut. Koran-koran nasional lazimnya cenderung merumuskan judul-judul beritanya secara standar. Bahasa yang digunakan biasanya juga bersifat standar dan menghindari unsur-unsur kedaerahan atau lokalitas. Hal demikian, dapat dipahami mengingat jangkauan surat kabar nasional sangat lusa dan sangat berbeda dengan jangkauan surat kabar lokal. Beberapa

13 Ciri Penulis Berkualitas

mad writer Roy Peter Clark, pelatih penulisan di St. Petersburg Times yang kemudian menjadi staf di Poynter Institute for Media Studies, mencatat 14 kesamaan kualitas para penulis yang baik setelah ia mewawancarai sejumlah wartawan terkemuka. 1.       Penulis yang baik melihat dunia bagaikan laboratorium jurnalisme mereka, sebuah gudang dengan gagasan cerita. Jika mereka ke lapangan, mereka pasti akan menemukan berita. 2.       Penulis yang baik lebih suka menemukan dan mengembangkan gagasan cerita mereka sendiri. Mereka menghargai kerja sama dengan editor yang baik tapi sering menghindar dari editor buruk dan penugasan yang mereka anggap tidak berguna. 3.       Penulis yang baik adalah pengumpul informasi yang lahap. Ini biasanya berarti bahwa mereka mencatat semua yang mereka dapat. Mereka lebih menaruh perhatian pada mutu informasi daripada gaya yang berbunga-bunga dan sering menyebut diri sebagai wartawan dari pada penulis.

Sepuluh Prinsip Menulis Berita

writing and writing Bagi wartawan, prinsip yang juga bisa dijadikan model adalah: menulislah untuk orang lain seperti anda menginginkan orang lain menulis untuk anda. Profesor dalam bidang jurnalisme David L. Grey merumuskan langkah-langkah penulisan dalam The writing Process. 1.       Pra-penulisan (konsep, observasi, mengecek sumber, wawancara). 2.       Penulisan. 3.       Penulisan-ulang dan penyuntingan. 4.       Reaksi dan evaluasi ada moto dalam penulisan berita, yaitu “ Kiss (keep it short and simple) and tell.” Usahakan agar tulisan itu singkat dan sederhana. Hindari kalimat rumit. Pilihlah kalimat pendek dan tepat, lantas berceritalah. Hal ini untuk membedakan dengan suatu laporan birokratik yang menggunakan bahasa formal. Kiss ini lebih ditujukan agar wartawan tidak menulis berlebihan – overwriting . Bentuk penulisan berlebihan yang patut disesalkan adalah cerita yang terdiri dari seribu kata, padahal bisa diringkas menjadi tiga paragraf pendek saja. Menc

Tips Efisien dalam Menulis

writing letter DeNeen L. Brown dari Washington Post mengatakan, menulis yang baik mensyaratkan penulisnya menempatkan diri dalam cerita. Jujurlah dalam berbahasa. Wartawan menyesuaikan bahasa dengan peristiwanya. Suatu berita seharusnya tidak lebih hebat – dengan memanipulasi kata-kata – daripada kejadiannya sendiri. Jangan mulai menulis dengan gaya, tetapi utamakan informasi: pengungkapan detail khusus, gambarkan konkret, kutipan, statistik, catatan-catatan, dan fakta. Arti akan muncul dari hubungan antara potongan-potongan informasi, bukan dari hubungan antar kata-kata. Kata-kata adalah simbol dari informasi dan informasi. Kata-kata memungkinkan kita merancang informasi sehingga menjadi bentuk yang urut atas dasar kepentingan dan kelogisannya. Biarlah fakta yang bercerita. Bangunlah cerita dengan informasi.

Proses Penulisan Artikel dan Berita

editing in writing news Rahasia dari penulisan yang baik terletak pada prosesnya, bukan pada hasil akhir. Ada wartawan yang dengan mudah melewati proses penulisan tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang harus memeras keringat untuk menitinya. Kebanyakan penulis ulung mengikuti jalan sebuah peta yang efisien sehingga menuntun mereka melalui tahapan-tahapan tanpa mengalami banyak penderitaan. Jack Hart menasihati agar kita memikirkan dan mempertimbangkan segala sesuatu yang khusus menuntun kita menuju ke naskah akhir. Ia menawarkan proses penulisan sebagai berikut: Gagasan --› Pengumpulan informasi --› Fokus --› Mengorganisir --› Konsep --› Memoles. Gagasan ( idea ) merupakan dasar dari semua yang mengikutinya. Tanpa visi yang jelas dari sasaran, anda tidak akan bisa merancang pengumpulan informasi atau mengorganisasikan bahan-bahan (tulisan) anda. Semakin anda mendapatkan suatu gagasan cerita yang kuat, semakin mudah anda menuliskannya. Kesederhanaan dan kejelasan tentu saj

Prinsip Dasar Penulisan Berita

writing news Ada yang mengatakan menulis itu mudah. Ada yang mengatakan menulis itu susah. Sejak kecil kita sudah belajar menulis. Maka jika sekarang kita harus menulis laporan, apa susahnya? bagi seorang yang menulis suatu laporan dan kemudian menyiarkannya, terserah apakah yang menerimanya mengerti atau tidak itu mungkin mudah. Tetapi apa yang jelas bagi kita belum tentu jelas bagi orang lain. Semua penulisan, apa pun bentuknya memiliki suatu ciri kesamaan yaitu mudah dibaca dan dimengerti, disajikan dengan bahasa yang hidup sehingga merangsang untuk dibaca, dan tentunya juga menghibur. Agar tulisan kita bisa dimengerti dan dinikmati orang lain, terkadang kita harus memeras seluruh kemampuan yang dimiliki. Terkadang untuk menulis satu kalimat saja kita harus berulang kali memperbaikinya. Dorothy Parker, seorang ahli sastra dari New York mengatakan bahwa dia benci menulis, tetapi senang sudah menulis. “Menulis adalah penderitaan dan kepuasan,” kata seorang penulis. “Ketika say