Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2013

Pemurtadan Itu Nyata (Lapsus FUI Sragen Jawa Tengah)

Pemurtadan selama ini dianggap “hantu”: ada namun tidak ada. Itu terjadi karena payung hukum persoalan pemurtadan belumlah jelas. Umat Islam Sragen cukup banyak merekam usaha penggadaian iman tersebut. Pemberdayan ekonomi dan pendidikan adalah benteng terluar melawan pemurtadan. Sebuah laporan mengejutkan diterima Muhari hari itu. Seorang pengunjung dealer motor miliknya bercerita soal kejadian di kampungnya. Pelanggannya itu bercerita mengenai pembelian tanah yang cukup luas oleh orang dari Semarang di dekat rumahnya. Tiba-tiba saja tanah itu akan dibangun sebuah gereja megah. Warga kampung tersebut bingung. Salah seorang warga berinisatif menghubungi pemerintah desa dan Polres setempat. KTP warga lantas dikumpulkan. Mengherankan, dari semua warga ternyata tidak ada yang non islam. Terbukti sudah jika pendirian tampat ibadah tersebut adalah ilegal. Setelah melakukan dialog yang panjang, pembangunan gereja itu dihentikan.

Menggagas Mimpi Ihwal Islam yang Bersatu (Lapsus FUI Sragen Jateng)

Terpecahnya umat Islam menjadi berbagai golongan adalah keniscayaan. Jika berkuatat pada perbedaan maka bersatunya Islam hanyalah mimpi. Namun, ketika nasib umat menjadi argumen, kewajiban tiap golongan adalah bersatu memperjuangkannya. FUI Sragen membuktikan bahwa demi umat, bersatunya Islam bukanlah sekedar mimpi. Perbincangan selepas magrib itu dimulai dengan cerita sebuah kliping surat kabar Jawa Pos . “Bahwa mulai tanggal 11, jam 11, tahun 2011, penduduk dunia mencapai 7 milyar. Umat Islam jumlahnya 2 miliyar saja,” ujar Muslih penuh semangat menerangkan salah satu berita di kelipingnya. Ia kemudian melanjutkan dengan sebuah analisa bahwa umat Islam di dunia adalah minoritas. Dalam keadaan yang minoritas itu, umat Islam dijajah oleh apa yang ia sebut kaum kafir. Melalui berbagai bidang, dunia Islam mendapatkan ketidakadilan. “Nah kita ini sudah minoritas. Diuji oleh Allah menjadi miskin, tertinggal, bodoh. Israel itu penduduknya cuma 1 juta tapi professor doktornya banyak

Tenggulun setelah Amrozi dan Muchlas Pulang (Lapsus Al Islam Lamongan)

Tenggulun – Malaysia itu seperti dua desa yang bertetangga. Setelah merantau dan pulang dengan ilmu, keduanya segera pergi kemabil padaNya. Bagaimanapun, ,mereka tetap dua pemuda ternama di desanya. Tiba-tiba kempung kecil itu menjadi lautan manusia. Ribuan orang dari segala penjuru berkumpul menjadi satu. Kamera dan alat perekam suara hilir mudik dibawa pewaratan. Di tiap persimpangan jalan tertulis spanduk besar bertuliskan, “Selamat datang Syuhada” . Tiap jalan menuju kampung pun ditutup. Tak hanya Indonesia, dunia pun tengah tertuju matanya pada dusun bernama Tenggulun itu. Maslahul Falah mengendarai motornya sengaja melihat suasana. Ia penasaran mengapa kampungya begitu ramai hari-hari itu. Ia ingin membuktikan apa yang berulang diberitakan di televisi bahwa hari itu Amrozi dan Muchlas akan dimakamkan. Konon yang ia dengar saat itu kedua jenazah itu akan diturunkan di salah satu lapangan sepak bola di sekitar Tenggulun. Dengan penuh penasaran ia pun menyambangi tiap

Sejarah Panjang Pesantren di Tanah Gersang (Lapsus Al Islam Lamongan)

Zaki menggiring bola penuh yakin. Satu dua pemain terlewati. Beberapa lawan menyingkir. Beberapa lainnya mesti tersungkur karena kalah body dengan Zaki. Badannya yang tinggi besar tak sebanding dengan tim lawan yang bertubuh kecil. Namun, tepat di depan gawang, Zaki mesti rela kehilangan bola. Seorang lawan dengan cerdik merebut bolanya dan membuang ke luar arena. Segera saja Zaki melambaikan tangan. Seorang kawan menggantikannya bermain. Dengan keriangat bercucuran ia duduk di teras masjid. Nafasnya masih terengah-engah. Matanya masih terus tertuju pada bola yang menggelinding di kaki sang lawan. Penggantinya di lapangan sepertinya akan membuatnya gagal mereguk kemenangan pada laga itu. Zaki adalah sosok pemain yang cukup di segani. Meski baru beberapa bulan bergabung, skill -nya cukup menjadi perbincangan pada tim lawan. Ia baru saja di- transfer namun bukan dari club sepak bola. “Katanya saya sering nakal,” ucap remaja 17 tahun ini. Zaki memang baru saja dipindah dari