Langsung ke konten utama

Macam Pertanyaan dalam Wawancara


questioning 

Selain prinsip dasar dan praktis, bentuk pertanyaan juga menjadi hal yang penting. Berikut adalah beberapa bentuk pertanyaan yang sebaiknya dikenali.
1.     Bentuk pertanyaan terbuka
Bentuk pertanyaan ini biasanya diajukan untuk mencairkan kebekuan dalam suatu wawancara dan tidak bermaksud untuk mengorek keterangan yang berkaitan dengan topik wawancara. Misalnya pertanyaan, “Wah Bapak rupanya senang berolahraga. Olah raga apa saja yang bapak lakukan secara rutin?” adalah pertanyaan terbuka yang membuat narasumber terpancing untuk berbicara.

2.     Bentuk pertanyaan langsung
Ketika wawancara berkembang, pertanyaan-pertanyaan dapat menjadi lebih spesifik. Pertanyaan langsung berusaha untuk menemukan keadaan atau sifat suatu topik. Jika mengajukan pertanyaan kepada Walikota, “Bagaimana perkembangan tentang masalah anggaran itu, Pak?” ini pertanyaan terbuka.
3.     Bentuk pertanyaan tertutup
Pertanyaan-pertanyaan langsung biasanya mendahului suatu pertanyaan tertutup, yang selangkah lagi masuk ke interogasi. Inilah bentuk pertanyaan tertutup untuk Walikota: “Berapa besar yang dianggarkan untuk dinas perjalanan tahun depan, Pak?
4.     Bentuk pertanyaan menyelidik
Pertanyaan ini seringkali mengikuti petanyaan langsung dan pertanyaan tertutup, bahkan lebih spesifik. Sekali lagi, dengan menggunakan contoh anggaran, pertanyaan menyelidik itu bisa berbunyi: “Mengapa Anda menganggarkan 20 persen lebih besar untuk perjalanan dinas tahun depan, Pak?”
5.     Bentuk pertanyaan bi-polar
Pertanyaan ini diajukan untuk mendapat jawaban “ya” atau “tidak” tanpa komentar tambahan. “Apakah anggaran itu akan diumumkan kepada media pada pukul 9 pagi besok?” merupakan contoh pertanyaan bi-polar.
6.     Bentuk pertanyaan cermin
Setelah seorang wartawan memperoleh pengalaman, ia belajar menghemat-hemat waktu dalam wawancaranya untuk mendapat jawaban atas butir-butir yang telah dicatat dalam pikirannya tetapi belum direkam. Ini dilakukan dengan menegaskan kembali pertanyaan-pertanyaan terdahulu dan membuat narasumber meninjau kembali pernyataan sebelumnya. Jawaban biasanya menambah pemahaman wartawan tentang butir-butir permasalahan tertentu. Dalam hal soal anggaran di atas tadi, pertanyaan “Jadi, Pak Wali, apa yang anda katakan, para pejabat Anda memang perlu lebih banyak melakukan perjalanan dinas di tahun mendatang?” merupakan pertanyaan cermin.
7.     Bentuk pertanyaan Hipotesis atau sugestif
Menjelang berakhirnya wawancara, wartawan biasanya bertanya kepada narasumber untuk berspekulasi tentang suatu topik atau pokok permasalah yang sedang hangat. Jika bertanya kepada walikota tentang kemungkinan adanya pengurangan anggaran perjalanan dinas, maka ajukan pertanyaan hipotesis. “Apakah Anda pernah mempertimbangkan untuk mengurangi anggaran perjalanan dinas guna menghemat pendapatan?” Sebuah pertanyaan hipotesis dalam bentuk sugesti atau saran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ellipsis in Discourse Analysis

The essential characteristic of ellipsis is something that is present in the selection of underlying (systematic) option that omitted in the structure. According to Halliday and Hasan (1976: 143), ellipsis can be regarded as substitution by zero. It is divided into three kinds, namely nominal ellipsis, verbal ellipsis, and clausal ellipsis. 1)         Nominal Ellipsis Nominal ellipsis means the ellipsis within the nominal group or the common noun that may be omitted and the function of head taken on by one of other elements (deictic, numerative, epithet or classifier). The deictic is normally a determiner, the numerative is a numeral or other quantifier, the epithet is an adjective and the classifier is a noun. According to Hassan and Halliday, this is more frequently a deictic or a numeral than epithet or classifier. The most characteristic instances of ellipsis, therefore are those with deictic or numerative as head.

Lexical Cohesion in Discourse Analysis

Lexical Cohesion Lexical cohesion comes about through the selection of items that are related in some way to those that have gone before (Halliday, 1985: 310). Types of lexical cohesion are repetition, synonymy and collocation. Furthermore, Halliday and Hasan (1976: 288) divide types of lexical cohesion into reiteration (repetition, synonymy or near-synonym, superordinate and general word) and collocation.

Substitution: A Grammatical Cohesion

Grammatical Cohesion According to Halliday and Hasan (1976: 4), cohesion occurs when the interpretation of some elements in the discourse is dependent on that of another. It concludes that the one element presupposes the other. The element cannot be effectively decoded except by recourse to it. Moreover, the basic concept of it is a semantic one. It refers to relations of meaning that exists within the text. So, when this happens, a relation of cohesion is set up, and the two elements, the presupposing and the presupposed, are thereby integrated into a text. Halliday and Hasan (1976: 39) classify grammatical cohesion into reference, substitution, ellipsis and conjunction. Substitution Substitution is a relation between linguistic items, such as words or phrases or in the other word, it is a relation on the lexico-grammatical level, the level of grammar and vocabulary, or linguistic form. It is also usually as relation in the wording rather than in the meaning. The criterion is the gram