Langsung ke konten utama

Prinsip Dasar Penulisan Berita

writing news

Ada yang mengatakan menulis itu mudah. Ada yang mengatakan menulis itu susah. Sejak kecil kita sudah belajar menulis. Maka jika sekarang kita harus menulis laporan, apa susahnya? bagi seorang yang menulis suatu laporan dan kemudian menyiarkannya, terserah apakah yang menerimanya mengerti atau tidak itu mungkin mudah. Tetapi apa yang jelas bagi kita belum tentu jelas bagi orang lain. Semua penulisan, apa pun bentuknya memiliki suatu ciri kesamaan yaitu mudah dibaca dan dimengerti, disajikan dengan bahasa yang hidup sehingga merangsang untuk dibaca, dan tentunya juga menghibur. Agar tulisan kita bisa dimengerti dan dinikmati orang lain, terkadang kita harus memeras seluruh kemampuan yang dimiliki. Terkadang untuk menulis satu kalimat saja kita harus berulang kali memperbaikinya.
Dorothy Parker, seorang ahli sastra dari New York mengatakan bahwa dia benci menulis, tetapi senang sudah menulis. “Menulis adalah penderitaan dan kepuasan,” kata seorang penulis. “Ketika saya mendapat gagasan dan ketika selesai… itu menyenangkan. Segala sesuatu diantaranya adalah penderitaan.” Enrique Poncela, penulis naskah sandiwara dan novelis Spanyol, mengungkapkan bila suatu (tulisan) dapat dibaca tanpa bersusah payah, itu disebabkan karena kesulitan yang besar telah hilang didalam penulisannya – when something can be read without effort, great effort has gone into its writing. Jadi, menulis yang susah (dimengerti) itu mudah; menulis yang mudah (dimengerti) itu susah.
Menulis adalah berpikir – writing is thinking. Bentuk paling produktif dari berfikir, metode yang membangun dunia modern, adalah ilmu. Disiplin, logika, dan aturan prosedural dari ilmu membawa kita dari kereta lembu ke satelit antarbintang. Jadi tidak mengherankan jika para ilmuwan memberikan banyak perhatian pada proses. Ilmu menurut mereka adalah proses. Artikel-artikel dalam jurnal ilmiah selalu memuat uraian  rinci tentang bagaimana mereka melakukan penelitian – metodologi.
Bagi seorang penulis, metodologi itu memiliki nilai penting yang sama. F. Scott Fitzgerald, mengatakan bahwa kecerdasan itu sebuah kemampuan untuk mengefektifkan apa yang ada dalam pikiran anda. Penulisan itu dapat melibatkan suatu perjalanan penting dan perjalanan paling jauh yang dimulai dengan suatu langkah.
Setiap tulisan mengenai publik mulai dari gagasan, kemudian melalui pengembangan, samapai pada naskah akhir merupakan hasil dari beberapa tingkat keputusan. Mantan wartawan Wall Street Journal, Ronald Buel, mengatakan bahwa jurnalisme mempunyai lima lapisan keputusan.
1.      Penugasan (data assignment): menentukan apa yang layak diliput dan mengapa
2.      Pengumpulan (data collecting): menentukan bila informasi yang dikumpulkan itu cukup
3.      Evaluasi (data evaluation): menentukan apa yang penting untuk dimasukan dalam berita
4.      Penulisan (data writing): menentukan kata-kata apa yang perlu digunakan
5.      Penyutingan data (data editing): menentukan berita mana yang perlu diberikan judul yang besar dan dimuat di halaman muka, tulisan mana yang perlu dipotong, cerita mana yang perlu diubah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ellipsis in Discourse Analysis

The essential characteristic of ellipsis is something that is present in the selection of underlying (systematic) option that omitted in the structure. According to Halliday and Hasan (1976: 143), ellipsis can be regarded as substitution by zero. It is divided into three kinds, namely nominal ellipsis, verbal ellipsis, and clausal ellipsis. 1)         Nominal Ellipsis Nominal ellipsis means the ellipsis within the nominal group or the common noun that may be omitted and the function of head taken on by one of other elements (deictic, numerative, epithet or classifier). The deictic is normally a determiner, the numerative is a numeral or other quantifier, the epithet is an adjective and the classifier is a noun. According to Hassan and Halliday, this is more frequently a deictic or a numeral than epithet or classifier. The most characteristic instances of ellipsis, therefore are those with deictic or numerative as head.

Lexical Cohesion in Discourse Analysis

Lexical Cohesion Lexical cohesion comes about through the selection of items that are related in some way to those that have gone before (Halliday, 1985: 310). Types of lexical cohesion are repetition, synonymy and collocation. Furthermore, Halliday and Hasan (1976: 288) divide types of lexical cohesion into reiteration (repetition, synonymy or near-synonym, superordinate and general word) and collocation.

Substitution: A Grammatical Cohesion

Grammatical Cohesion According to Halliday and Hasan (1976: 4), cohesion occurs when the interpretation of some elements in the discourse is dependent on that of another. It concludes that the one element presupposes the other. The element cannot be effectively decoded except by recourse to it. Moreover, the basic concept of it is a semantic one. It refers to relations of meaning that exists within the text. So, when this happens, a relation of cohesion is set up, and the two elements, the presupposing and the presupposed, are thereby integrated into a text. Halliday and Hasan (1976: 39) classify grammatical cohesion into reference, substitution, ellipsis and conjunction. Substitution Substitution is a relation between linguistic items, such as words or phrases or in the other word, it is a relation on the lexico-grammatical level, the level of grammar and vocabulary, or linguistic form. It is also usually as relation in the wording rather than in the meaning. The criterion is the gram