Langsung ke konten utama

13 Ciri Penulis Berkualitas

mad writer
Roy Peter Clark, pelatih penulisan di St. Petersburg Times yang kemudian menjadi staf di Poynter Institute for Media Studies, mencatat 14 kesamaan kualitas para penulis yang baik setelah ia mewawancarai sejumlah wartawan terkemuka.
1.      Penulis yang baik melihat dunia bagaikan laboratorium jurnalisme mereka, sebuah gudang dengan gagasan cerita. Jika mereka ke lapangan, mereka pasti akan menemukan berita.
2.      Penulis yang baik lebih suka menemukan dan mengembangkan gagasan cerita mereka sendiri. Mereka menghargai kerja sama dengan editor yang baik tapi sering menghindar dari editor buruk dan penugasan yang mereka anggap tidak berguna.
3.      Penulis yang baik adalah pengumpul informasi yang lahap. Ini biasanya berarti bahwa mereka mencatat semua yang mereka dapat. Mereka lebih menaruh perhatian pada mutu informasi daripada gaya yang berbunga-bunga dan sering menyebut diri sebagai wartawan dari pada penulis.

4.      Penulis yang baik banyak menghabiskan waktu dan energi kreativitasnya untuk menulis kalimat atau paragraf pembukaan (lead) suatu cerita. Mereka tahu bahwa pembukaan ini merupakan bagian yang terpenting dari suatu tulisan karena bagian tersebut dapat mengundang pembaca untuk masuk ke dalam cerita dan mengingatkan tentang beritanya. Mereka cenderung menjelaskan bagaimana mereka berkali-kali menulis ulang kalimat atau paragraf pembukaan sampai mereka mendapatkan yang pas.
5.      Penulis yang baik berbicara tentang bagaimana mereka “membenamkan diri” dalam cerita mereka. Mereka hidup, bernapas, dan bermimpi bersamanya. Mereka merencanakan dengan editornya dan selalu mencari arah baru dan informasi yang segar.
6.      Penulis yang baik adalah pekerja yang tekun daripada pekerja yang tergesa-gesa. Karena tuntutan standar yang tinggi, mereka merasa naskah tulisan pertama mereka selalu tidak cukup baik sehingga perlu terus diperbaiki namun penulis tetap bisa menghadapi batas waktu penulisan (deadline) dan mereka mampu bekerja cepat.
7.      Penulis yang baik mengerti bahwa bagian yang terpenting dari penulisan adalah mengatur atau mengorganisasikan bahan tulisan, suatu pekerjaan menjemukan. Saul Pett dari AP menyebutnya “pekerjaan keledai.” Mereka menanggapi ini dengan mengembangkan sistem kearsipan yang baik. Banyak diantara mereka juga mempunyai kebiasaan-kebiasaan aneh untuk membangun semangat dalam psoses penulisan, sepriti merokok, makan cemilan, berjalan-jalan, melamun, atau sering ke kamar kecil.
8.      Seorang penulis yang baik menulis ulang. Mereka menyenangi komputer yang dengan leluasa bisa mengubah-ubah tulisan dengan memindahkan kalimat, paragraf atau kata karena mereka selalu merasa tidak pusa dengan tulisan mereka.
9.      Dalam menilai pekerjaan mereka, penulis yang baik cenderung lebih mempercayai kuping dan perasaan daripada mata mereka. Ada yang menatap layar komputer sambil komat-kamit dengan harapan bahwa musik yang ada dalam sanubari akan mengalir melalui jari-jari mereka. Menulis membuatnya bernyayi.
10.  Penulis yang baik senang bercerita. Mereka selalu mencari segi kemanusiaan dari berita untuk suara-suara yang menghidupkan tulisan mereka. Bahasa mereka mencerminkan perhatian mereka pada bercerita daripada berbicara tentang 5W, mereka lebih senang mendiskusikan anekdot, suasana, kronologi, dan narasi.
11.  Penulis yang baik terutama menulis untuk memuaskan diri mereka dan memenuhi standar berat mereka sendiri, tetapi mereka juga sadar bahwa menulis adalah suatu transaksi antara penulis dan pembaca. Tidak seperti kebanyakan wartawan, penulis yang baik yakin bahwa tulisan yang baik tidak akan ditinggalkan pembaca. Mereka menghargai pembaca, ingin menghadiahkan dan melindungi mereka serta bertanggung jawab untuk apa yang diperoleh pembaca dari sebuah tulis.
12.  Penulis yang baik adalah pembaca seumur hidup, kebanyakan novel, dan mereka menyukai film.
13.  Penulis yang baik menulis panjang dan mereka menyadari itu. Tidak seperti kebanyak wartawan yang berhenti mempedulikan pembaca setelah menyelesaikan bagian pebuka (lead). Penulis yang baik berusaha agar tulisannya menarik sampai akhir sehingga pembaca tidak berhenti. Tulisan mereka begitu baik sehingga sulit dipotong dari bawah. Mereka menginginkan pembaca membaca setiap kata.
  1.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ellipsis in Discourse Analysis

The essential characteristic of ellipsis is something that is present in the selection of underlying (systematic) option that omitted in the structure. According to Halliday and Hasan (1976: 143), ellipsis can be regarded as substitution by zero. It is divided into three kinds, namely nominal ellipsis, verbal ellipsis, and clausal ellipsis. 1)         Nominal Ellipsis Nominal ellipsis means the ellipsis within the nominal group or the common noun that may be omitted and the function of head taken on by one of other elements (deictic, numerative, epithet or classifier). The deictic is normally a determiner, the numerative is a numeral or other quantifier, the epithet is an adjective and the classifier is a noun. According to Hassan and Halliday, this is more frequently a deictic or a numeral than epithet or classifier. The most characteristic instances of ellipsis, therefore are those with deictic or numerative as head.

Lexical Cohesion in Discourse Analysis

Lexical Cohesion Lexical cohesion comes about through the selection of items that are related in some way to those that have gone before (Halliday, 1985: 310). Types of lexical cohesion are repetition, synonymy and collocation. Furthermore, Halliday and Hasan (1976: 288) divide types of lexical cohesion into reiteration (repetition, synonymy or near-synonym, superordinate and general word) and collocation.

Substitution: A Grammatical Cohesion

Grammatical Cohesion According to Halliday and Hasan (1976: 4), cohesion occurs when the interpretation of some elements in the discourse is dependent on that of another. It concludes that the one element presupposes the other. The element cannot be effectively decoded except by recourse to it. Moreover, the basic concept of it is a semantic one. It refers to relations of meaning that exists within the text. So, when this happens, a relation of cohesion is set up, and the two elements, the presupposing and the presupposed, are thereby integrated into a text. Halliday and Hasan (1976: 39) classify grammatical cohesion into reference, substitution, ellipsis and conjunction. Substitution Substitution is a relation between linguistic items, such as words or phrases or in the other word, it is a relation on the lexico-grammatical level, the level of grammar and vocabulary, or linguistic form. It is also usually as relation in the wording rather than in the meaning. The criterion is the gram