Langsung ke konten utama

8 Tips Membuat Judul Berita


Setiap media tentu saja memiliki aturan dan prinsip sendiri-sendiri dalam menuliskan judul berita. Kekhasan prinsip di dalam merumuskan judul berita itulah yang pada gilirannya akan membuat media bersangkutan dapat diterima oleh pasar dengan baik ataukah tidak. Jika dicermati dengan baik, media-media lokal yang ada di sekeliling kita ternyata akhir-akir ini mulai banyak yang berani mengangkat dimensi-dimensi kelokalan bahasa di dalam perumusan judulnya. Inovasi demikian ini saya rasa baik dan memang harus dilakukan sejauh prinsip-prinsip kebahasaan yang berkaitan dengan pamakaian kata-kata lokal dipenuhi dalam perumusan judul berita tersebut.
Koran-koran nasional lazimnya cenderung merumuskan judul-judul beritanya secara standar. Bahasa yang digunakan biasanya juga bersifat standar dan menghindari unsur-unsur kedaerahan atau lokalitas. Hal demikian, dapat dipahami mengingat jangkauan surat kabar nasional sangat lusa dan sangat berbeda dengan jangkauan surat kabar lokal. Beberapa prinsip umum di dalam penulisan sebuah judul berita lazimnya dapat dinyatakan sebagai berikut.

1.      Rumusan judul berita yang baik dan benar lazimnya diambilkan dari lead atau teras berita dan rumusan judul itu harus dapat mencerminkan isi beritanya. Rumusan relatif kreatif, inovatif, dan kadang-kadang bombastis sekalipun dimensi kebombastisannya harus tidak berlebihan dan harus proporsional serta cenderung terukur.
2.      Rumusan judul artikel opini/features/dialog sedikit tidak sama dengan rumusan judul berita. Lazimnya, judul semacam artikel diambilkan dari intisari berita. Relatif sama dengan yang disampaikan sebelumnya rumusan judul juga harus kreatif, inovatif, dan cenderung provokatif. Seorang penulis yang sudah berpengalaman, dipastikan akan dapat merumuskan judul artikel dengan baik, memiliki nilai rasa dan mudah untuk dilihat serta diserap pembaca (eye-catching).
3.      Rumusan judul tulisan yang baik harus memperhatikan diksi atau pilihan kata yang tepat. Bahasanya harus memikat dan menarik tetapi tidak boleh menimbulkan salah tafsir atau penafsiran yang ambigu. Bahasa yang digunakan dalam rumusan judul juga tidak boleh terkesan mengadu domba antar warga masyarakat atau kelompok masyarakat. Alasannya, dasar dari sebuah berita pada hakikatnya adalah fakta, kenyataan, dan objek yang sungguh-sungguh harus ada di dalam realita atau medan data yang sesungguhnya. Jadi, rumusan judul yang baik mutlak harus memegang prinsip-psinsip objektivitas sekalipun bisa saja rumusnya bersifat relatif provokatif.
4.      Sesuai dengan kaidah penulisan, huruf pertama kata-kata dalam judul itu harus dikapitalisasikan, kecuali untuk kata-kata tugas seperti konjungsi, preposisi, artikel. Jadi, huruf pertama kata kerja, kata benda, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, semuanya harus dikapitalisasikan dalam penulisannya. Akan tetapi, adapula media yang menggunakan kebijakan selingkung, yakni yang hanya menempatkan huruf besar pada kata pertama judul itu. Karena hal yang demikian ini merupakan kebijakan yang sifatnya selingkung, tentu saja tidak perlu dipersoalkan. Sejauh terjadi konsentrasi dalam penulisan dan tujuan dari penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan yang demikian itu sifatnya purposive, tentu saja akan dapat diterima oleh banyak orang.
5.      Jika judul tulisan di dalam media dirasa terlalu panjang, judul tulisan itu harus dipisah menjadi dua bagian. Jadi, ada judul utama dan ada pula judul tambahan. Judul tambahan bisa dibuat lebih panjang daripada judul utamanya. Adapun rumusan penulisannya, lazim dibuat masing-masing berdiri sendiri.  Maksudnya, judul tambahan harus merupakan frasa tersendiri yang bermakna, bukan merupakan sambungan dari judul utamanya.
6.      Rumsusan judul dalam media massa lazimnya diupayakan menggunakan kata-kata yang sifatnya aktif. Bentuk-bentuk yang sifatnya pasif dapat juga digunakan hanya apabila pemakaian itu dirasakan lebih kuat dan lebih bermakna. Jadi, preferensi jurnalis pertama-tama haruslah pada bentuk-bentuk aktif itu.
7.      Rumusan judul dalam pemakaian jurnalistik sebaiknya mengandung kata kerja dan susunan judul itu tidak menggunakan konstruksi inversi. Bila tidak menggunakan konstruksi inversi, judul tulisan itu akan jauh lebih mudah ditangkap oleh pembacanya. Dengan perkataan lain, judul yang demikian itu cenderung bersifat mudah ditangkap oleh mata alias eye-catching.
  1. 8.      Jika rumusan judul berita itu didahului oleh angka, kata pertama yang mengikutinya harus ditulis dengan huruf awal kapital. Jadi, kapitalisasi baru dilakukan pada kata  pertama setelah angka itu. Dalam media massa, judul yang bermula dengan angka memang lazim ditemukan. Dalam tulisan-tulisan nonjurnalistik, cara demikian itu sedapat mungkin harus dihindari. Jadi, inilah salah satu kekhasan bahasa media.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ellipsis in Discourse Analysis

The essential characteristic of ellipsis is something that is present in the selection of underlying (systematic) option that omitted in the structure. According to Halliday and Hasan (1976: 143), ellipsis can be regarded as substitution by zero. It is divided into three kinds, namely nominal ellipsis, verbal ellipsis, and clausal ellipsis. 1)         Nominal Ellipsis Nominal ellipsis means the ellipsis within the nominal group or the common noun that may be omitted and the function of head taken on by one of other elements (deictic, numerative, epithet or classifier). The deictic is normally a determiner, the numerative is a numeral or other quantifier, the epithet is an adjective and the classifier is a noun. According to Hassan and Halliday, this is more frequently a deictic or a numeral than epithet or classifier. The most characteristic instances of ellipsis, therefore are those with deictic or numerative as head.

Lexical Cohesion in Discourse Analysis

Lexical Cohesion Lexical cohesion comes about through the selection of items that are related in some way to those that have gone before (Halliday, 1985: 310). Types of lexical cohesion are repetition, synonymy and collocation. Furthermore, Halliday and Hasan (1976: 288) divide types of lexical cohesion into reiteration (repetition, synonymy or near-synonym, superordinate and general word) and collocation.

Substitution: A Grammatical Cohesion

Grammatical Cohesion According to Halliday and Hasan (1976: 4), cohesion occurs when the interpretation of some elements in the discourse is dependent on that of another. It concludes that the one element presupposes the other. The element cannot be effectively decoded except by recourse to it. Moreover, the basic concept of it is a semantic one. It refers to relations of meaning that exists within the text. So, when this happens, a relation of cohesion is set up, and the two elements, the presupposing and the presupposed, are thereby integrated into a text. Halliday and Hasan (1976: 39) classify grammatical cohesion into reference, substitution, ellipsis and conjunction. Substitution Substitution is a relation between linguistic items, such as words or phrases or in the other word, it is a relation on the lexico-grammatical level, the level of grammar and vocabulary, or linguistic form. It is also usually as relation in the wording rather than in the meaning. The criterion is the gram