paragraph symbol |
Yang juga
perlu mendapat perhatian wartawan dalam penulisan adalah paragraf. Paragraf
dalam berita lebih merupakan suatu bentuk tipografi daripada sebuah komposisi
unit seperti yang dipelajari di sekolah. Bila rata-rata paragraf tradisional
yang terdiri dari empat atau lima kalimat dimasukkan ke dalam kolom berita yang
sempit, hasilnya adalah suatu blok cetak yang besar dan terdiri sari
huruf-huruf yang akan sangat menguji kesabaran pembaca. Pembaca akan cepat
lelah. Maka dari itu, sementara berusaha menjaga kriteria suatu paragraf yang
baik – kesatuan, urut, koheren, dan lengkap – wartawan perlu memecah serta membuat
berita enak untuk dilihat.
Dalam
banyak jurnalisme cetak, dengan pengecualian pada majalah, kebanyakan paragraf
hanya terdiri dari beberapa baris saja. Kadang-kadang bila perlu penekanan,
suatu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat. Keprihatinan akan kepenatan
pembaca karena membaca paragraf yang panjang, memaksa wartawan umumnya untuk menulis
paragraf yang pendek.
Ada editor
yang tidak menyukai paragraf pendek (bang-bang
style), terdiri dari gaya penulisan yang memborbadir pembaca dengan
paragraf-paragraf pendek, ada pula editor yang menganjurkan penulis untuk
memakai paragraf dengan cara yang normal untuk menjaga kesinambungan dan
pertalian (coherence) dalam tulisan.
Ada
beberapa hal yang umum disetujui mengenai paragraf ini:
1. Suatu paragraf baru harus digunakan untuk
memulai suatu kutipan.
2. Suatu blok kutipan yang panjang harus
dipecah menjadi beberapa paragraf.
3. Suatu paragraf yang tidak perlu panjang
juga harus dipotong. Bila perlu, gunakan transisi untuk menjaga pertalian dari
satu paragraf ke paragraf yang berikutnya.
Teori
trinitas mengatakan, bila bercerita itu diumpamakan dengan standar kaki-tiga (tripod) maka deskripsi adalah salah satu
kakinya. Kedua kaki lainnya adalah eksposisi dan narasi. Eksposisi menyediakan
informasi latar belakang; narasi menyajikan alur cerita yang indah dengan
menggunakan kata-kata.
Ada yang
menyarankan deskripsi. Bila harus mendeskripsikan sesuatu, ada yang bercerita
panjang lebar dengan menggunakan gaya yang berbunga-bunga, deskripsi menunjukkan
pada bahasa yang digunakan untuk mengantarkan sifat-sifat itu pada pikiran atau
ingatan pembaca. Deskripsi adalah suatu usaha unruk menyajikan selangsung
mungkin kualitas dari seseorang, tempat, atau peristiwa. Bila kita
mendeskripsikan (sesuatu), kita mengimpresikan, berusaha melalui bahasa untuk
menggambarkan kenyataan.
Deskripsi
yang baik adalah memilih kata-kata dengan teliti. Aristoteles mengatakan bila
tujuan kita adalah ringkas, maka menyebut suatu subyek secara langsung dan
tepat adalah jalan yang paling efektif. Deskripsi yang baik ini melampaui
akurasi dan presisi untuk memasukan unsur musikal dari bahasa. Suara dari
kata-kata kita dan irama dari kalimat-kalimat kita harus menguatkan isi dari
deskripsi kita. Deskripsi yang baik adalah indera yang membuat pembaca
“melihat.” Aristoteles menambahkan bahwa kita harus menambahkan impian fiksi
dengan penggamabaran kata-kata sehingga seperti gambar hidup.
Fank
Chaplen mengatakan bahwa paragraf yang baik ialah paragraf yang memungkinan
pembaca memahami kesatuan informasi yang terkandung di dalamnya. Paragraf juga
dapat dikatakan baik apabila gagasan pokok (controling
idea) yang mengendalikan paragraf itu sudah sepenuhnya dikembangkan dan
tuntas diuraikan. Jadi, paragraf yang baik itu tidak boleh menyisakan serpihan
gagasan yang terkandung di dalam ide pokok paragraf itu. Misalnya saja kalau
ide pokoknya ialah tentang tiga sebab
kemiskinan, paragraf itu harus tuntas menguraikan tentang ketiga sebab itu.
Kalau hanya satu sebab atau dua sebeb yang dijabarkan, paragraf demikian itu
jelas bukan paragraf yang baik.
Paragraf
yang efektif memiliki beberapa komponen kaimat penyusun, diantarnya adalah
kalimat utama, kalimat penjelas, kalimat penegas dan unsur-unsur transisi.
Keempat macam unsur ini sangat mendasar dan fundamental untuk menyusun paragraf
efektif yang sistematis dan rasional sehingga paragraf tersebut sungguh
merupakan kesatuan dan kepaduan ekspresi, kesatuan dan kepaduan pengungkapan
pikiran, kesatuan dan kepanduan gagasan yang didapat, mampat dan ketat.
Unsur-unsur Pokok Paragraf
Kalimat Topik
Kalimat
topik atau kalimat utama adalah kalimat pokok yang ada dalam sebuah paragraf.
Kalimat topik tidak mungkin terletak ditengah paragraf jurnalistik, pasalnya
paragraf jurnalistik yang efektif hanya dimungkinkan untuk mengembangkan satu ide
pokok.
Kalimat Pengembang
Kalimat
pengembang adalah kalimat yang bertugas mengembangkan atau menguraikan gagasan
pokok yang terkemas dalam kalimat topik paragraf jurnalistik. Kalimat ini
jumlahnya banyak dan dominan dalam sebuah paragraf jurnalistik.
Kalimat Penegas
Kalimat
penegas adalah kalimat yang menegaskan atau memberikan penekanan tertentu pada
kalimat topik. Kalimat penegas demikian ini bisa hadir tetapi bisa pula tidak
hadir dalam suatu paragraf efektif. Jadi, tugas dari kalimat penegas adalah
menegaskan kembali ide atau gagasan pada kalimat pokok.
Unsur Transisi
Unsur-unsur
transisi dalam paragraf jurnalistik dapat dikelompokan menjadi beberapa bagian
di antaranya sebagai berikut:
1. Penunjuk hubungan tambahan
Unsur transisi ini sesuai dengan sebutannya berfungsi sebagai
penanda bubungan tambahan. Adapun yang termasuk unsur transisi jenis ini
diantaranya adalah: lebih lagi,
selanjutnya, lalu, demikian pula, begitu pula.
2. Penunjuk hubungan pertentangan
Unsur transisi jenis ini berfungsi sebagai penunjuk hubungan
pertentangan atau perlawanan. Unsur transisi ini diantaranya mencakup: akan tetapi, namun, walaupun, sebaliknya.
3. Penunjuk hubungan perbandingan
Unsur transisi jenis ini berfungsi sebagai penanda hubungan
perbandingan. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: sama dengan itu, sehubungan dengan itu, dalam hal yang demikian itu.
4. Penunjuk hubungan akibat
Unsur transisi jenis ini berfungsi sebagai penunjuk hubungan
akibat. Adapun yang termasuk dalam jenis transisi ini adalah oleh sebab itu, akibatnya, oleh karena itu,
maka, sehingga, karenanya.
5. Penunjuk hubungan tujuan
Unsur transisi ini berfungsi sebagai penanda hubungan tujuan.
Beberapa diantaranya sebagai berikut ini: untuk
itu, untuk tujuan itu, biar, agar, supaya.
6. Penunjuk hubungan singkatan
Unsur transisi jenis ini berfungsi sebagai penanda hubungan
singkatan seperti: singkatnya, pendeknya, akhirnya, dengan kata lain,
sebagai simpulan.
7. Penunjuk hubungan tempat
Unsur transisi jenis ini berfungsi sebagai penanda hubungan
tempat yaitu diantaranya: berdekatan
dengan itu, berdampingan dengan itu, di sini, di situ, di seberang.
8. Penunjuk hubungan waktu
Unsur transisi jenis ini berfungsi sebagai penanda hubungan
waktu. Beberapa anggotanya meliputi: sementara
itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian, sambil, selama,
sewaktu, seusai.
9. Penunjuk hubungan syarat
Unsur transisi jenis ini berfungsi sebagai pananda hubungan
syarat. Beberapa diantaranya dapat disebutkan berikut ini: jika, asalkan, apabila, bilamana, kalau, jikalau.
10. Penunjuk hubungan pengandaian
Unsur transisi jenis ini berfungsi sebagai penanda hubungan
pengandaian. Adapun anggotanya adalah seandainya, andaikan, sekiranya, andaikata,
kalau-kalau, mungkin.
Jenis- jenis Paragraf Karangan dalam Media
Paragraf Jurnalistik Pembuka
Paragraf
ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang
akan menyusul kemudian di dalam sebuah karangan pada media massa. Sebagai
pengantar, paragraf jurnalistik pembuka harus benar-benar menarik, kadangkala
diawali dengan sebuah sitiran dari pendapat tokoh tertentu. Maksudnya adalah
untuk memikat dan memusatkan perhatian dari para pembacanya. Artikel opini,
esai, kolom di media massa harus cermat memperhatikan hal ini.
Paragraf Jurnalistik Pengembang
Paragraf
jurnalistik ini mengembangkan ide pokok pembicaraan yang sudah dirancang.
Paragraf jurnalistik ini mengemukakan inti persoalan yang hendak dikemukakan di
dalam sebuah tulisan. Adapun yang menjadi ukuran atau pembatas adalah
ketuntasan pengungkapan pikiran atau gagasan karangan secara keseluruhan di
dalam media itu, terlebih-lebih untuk tulisan non-berita.
Paragraf Jurnalistik Penutup
Paragraf
jurnalistik penutup ini merupakan simpulan pembicaraan yang telah dipaparkan
pada bagian-bagian sebelumnya. Dapat juga paragraf jurnalistik penutup hanya
merupakan sebuah rangkaian atau mungkin juga sebuah penegasan ulang dari
hal-hal pokok yang dipaparkan pada paragraf-paragraf sebelumnya.
Kalimat-kalimat reflektif, pertanyaan-pertanyaan retoris seringkali dipakai
untuk mengakhiri paragraf jurnalistik penutup untuk meninggalkan bekas-bekas
akhir yang tidak mudah dilupakan dan menuntut pemikiran.
Agen Terpercaya
BalasHapusAgen Sbobet
Situs Terpercaya
Tutorial Game Slot