Tulisan yang baik tak ubahnya seperti tarian burung
camar di sebuah teluk: ekonomis dalam gerak, tangkas dengan kejutan, simpel dan
elok. Tulisan yang baik adalah hasil ramuan keterampilan (reporter) menggali
bahan penting di lapangan dan kemampuan (redaktur) menuliskannya secara hidup.
Tujuh Elemen
Apapun temanya, setiap karya jurnalistik yang bagus
memiliki setidaknya tujuh unsur.
- Informasi (Apa pesannya). Adalah informasi,
bukan bahasa, yang merupakan batu bata penyusun sebuah tulisan yang
efektif. Untuk bisa menulis prosa yang efektif, penulis pertama-tama harus
mengumpulkan kepingan informasi serta detil konkret yang spesifik dan
akurat bukan kecanggihan retorika atau pernik-pernik bahasa.
- Signifikansi (Apa pentingnya). Tulisan yang
baik memiliki dampak pada pembaca. Dia mengingatkan pembaca pada sesuatu
yang menyentuh jiwa mereka, mengancam kehidupan mereka, kesehatan,
kemakmuran maupun kesadaran mereka akan nilai-nilai. Dia memberikan
informasi yang ingin dan penting diketahui pembaca. Serta meletakkan
informasi itu dalam sebuah perspektif yang berdimensi: mengisahkan apa
yang telah, sedang dan akan terjadi.
- Fokus (Ringkas dan Padat). Tulisan yang sukses
biasanya justru pendek, terbatasi secara tegas dan sangat fokus. ”Less is
more,” kata Hemingway. Umumnya tulisan yang baik hanya mengatakan satu
hal. Mereka mengisahkan seorang serdadu atau seorang korban, bukan
pertempuran. Memperbincangkan seseorang, sebuah kehidupan, bukan sebuah
kelompok masyarakat.
- Konteks (Apa kaitan dengan masalah lain).
Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang
tepat sehingga pembaca tahu dari mana kisah berawal dan kemana mengalir,
seberapa jauh dampaknya dan seberapa tipikal. Penulis yang tak terlalu
piawai menyajikan konteks dalam sebuah kapsul besar secara sekaligus,
sehingga sulit dicerna. Penulis yang lebih lihai menggelombangkan konteks
ke seluruh cerita.
- Wajah. Manusia suka membaca tulisan tentang
manusia lainnya. Jurnalisme menyajikan gagasan dan peristiwa trend sosial,
penemuan ilmiah, opini hukum, perkembangan ekonomi, krisis internasional,
tragedi kemanusiaan dengan memperkenalkan pembaca kepada orang-orang
yang menciptakan gagasan dan menggerakkan peristiwa. Atau dengan
menghadirkan orangorang yang terpengaruh oleh gagasan dan peristiwa itu.
Tulisan akan efektif jika penulisnya mampu mengambil jarak dan membiarkan
pembacanya bertemu, berkenalan serta mendengar sendiri
gagasan/informasi/perasaan dari manusia-manusia di dalamnya. ”Don’t say
the old lady screamed bring her on and let her scream,” kata Mark Twain,
jurnalis dan novelis pengarang The Adventure of Tom Sawyer.
- Bentuk (Narasi atau mendongeng). Tulisan yang
efektif memiliki sebuah bentuk yang mengandung dan sekaligus mengungkapkan
cerita. Umumnya berbentuk narasi. Dan sebuah narasi bakal sukses jika
memiliki semua informasi yang dibutuhkan pembacanya dan jika ceritanya
bisa diungkapkan dalam pola kronologis aksi-reaksi. Penulis harus kreatif
untuk menyusun sebuah bentuk yang memungkinkan pembacanya memiliki kesan
komplet yang memuaskan, perasaan bahwa segala yang ada dalam tulisan
mengalir ke arah konklusi yang tak terhindarkan.
- Suara (Panjang dan pendek kalimat, alinea).
Kita tak boleh lupa, bahkan dalam abad komunikasi massa seperti
sekarang kegiatan membaca tetap saja bersifat pribadi: seorang penulis
bertutur kepada seorang pembaca. Tulisan akan mudah diingat jika mampu
menciptakan ilusi bahwa seorang penulis tengah bertutur kepada pembacanya.
Majalah/koran yang baik tak ubahnya seperti pendongeng yang memukau. Dan
penulis yang baik mampu menghadirkan warna suara yang konsisten ke seluruh
cerita, tapi menganekaragamkan volume dan irama untuk memberi tekanan pada
makna. Secara ringkas, tulisan yang baik mengandung informasi menarik dan
berjiwa. Menarik karena penting, terfokus dan berdimensi. Serta berjiwa,
karena berwajah, berbentuk dan bersuara.
Komentar
Posting Komentar