Langsung ke konten utama

Struktur Esai


Secara garis besar esai mengandung tiga bagian utama :
1. Pengantar (introduction)
2. Pengembangan (development of idea)
3. Kesimpulan (conclusion)

Harus diingat bahwa struktur di atas adalah resep generik. Penulis yang piawai bisa membolak-balik komposisi struktur tulisan esainya. Tantangan terpenting adalah esai harus menarik dibaca dan meninggalkan makna yang mengendap di benak pembaca. Bagian pengantar berisi pokok bahasan, thesis, pertanyaan utama yang diajukan penulis.
Pokok bahasan ini bisa berupa pertanyaan, kontroversi, peristiwa yang mengejutkan, fenomena yang tidak biasa, atau sebuah ajakan refleksi. Berikutnya adalah bagian pengembangan, development of idea. Pada bagian inilah si penulis menyuguhkan argumentasi dan data. Satu demi satu argumentasi, pergulatan pemikiran, disajikan demi terbangunnya sebuah tulisan yang kuat. Terakhir adalah kesimpulan. Bagian ini tidak harus menyuguhkan solusi, jawaban yang final atas thesis yang diajukan penulis. Pada bagian ini penulis bisa mengajak pembaca untuk mencari solusi, melakukan refleksi, menyajikan alternatif yang segar dan unik, atau sekadar mempertanyakan kebenaran dan kemapanan yang sudah jamak diterima.

Rumuskan Angle Tulisan Tahap pertama sebelum menulis, rumuskan dulu angle (sudut pandang) yang dipilih. Perumusan angle ini penting karena seorang penulis tidak mungkin bisa menyajikan tulisan dari berbagai sudut pandang. Pemilihan angle yang tajam akan membantu penulis menguraikan gagasan dengan jernih. Merumuskan angle ini perkara yang gampang tapi susah. Butuh kejelian untuk menyajikan angle yang unik, menarik, dan tidak pasaran. Peristiwa rusaknya pompa bahan bakar ribuan mobil di Jakarta beberapa pekan terakhir, misalnya, bisa dilihat dari beberapa angle:
1.      Siapa yang bertanggung jawab pada kerusakan massal yang disinyalir bersumber dari   rendahnya kualitas premium tersebut?
2.      Mengapa Pertamina, sebagai pemasok satu-satunya premium, tidak kunjung mengadakan investigasi kesalahan yang memicu kerusakan pompa bahan bakar ribuan mobil di Jakarta?
3.      Seberapa besar dampak kerusakan ribuan mobil itu pada penurunan produktivitas kaum profesional di Jakarta?
4.      Mengapa perusahaan di Indonesia tidak memiliki budaya mempertanggungjawabkan kesalahan dan cenderung menyalahkan konsumen?
Perhatikan, agar tajam, perumusan angle haruslah dikemas dalam kalimat tanya. Gunakan para sahabat setia yang tergabung dalam 5W+1H (what, who, when, where, why, dan how) untuk menggali beraneka pertanyaan.
Kerangka Tulisan Penulis esai harus bisa mengungkapkan pendapatnya dalam tulisan yang runtut dan menarik. Gagasan yang disampaikan mesti tersampaikan melalui paragraf demi paragraf yang terhubung secara kompak, logis, dan menarik. Setelah merumuskan angle, tahap berikutnya adalah membuat kerangka tulisan (outline). Poin-poin yang akan ditulis terlebih dulu dirinci, mulai dari urutan prioritas, kronologi, atau urutan sebab-akibat.
Kerangka tulisan ini berfungi membantu penulis untuk tetap fokus dan setia pada angle yang telah dipilih. Dalam menyusun kerangka tulisan, penting untuk mengetahui apa itu paragraf. Rangkaian paragragf inilah nantinya menyusun sebuah tulisan yang solid. Secara harafiah, paragraf adalah gabungan beberapa kalimat yang mengusung satu pokok pikiran. Komposisinya adalah: kalimat utama (topic sentence), kalimat pendukung (supporting sentence), dan kalimat penutup (closing sentence).
Hubungan Antar Paragraf Ada tiga bentuk hubungan antara ide, kalimat, dan paragraf yang berlaku dalam semua tulisan, yakni: a. Saling menjelaskan dan saling menguatkan, tipe “and” b. Memberikan alternatif atau cara pandang lain, tipe “or” c. Negasi terhadap ide pokok, tipe “but” Hubungan tersebut biasanya tersambung dalam jembatan (bridging) antar paragraf, yang bisa berupa:
1.      Kata sambung seperti namun, selain itu, dengan demikian, oleh karena itu, sehubungan dengan itu, dan lain sebagainya. Catatan, kata-kata sambung seperti ini akan membuat hubungan antar paragraf menjadi kaku, apalagi jika digunakan berulang-ulang. Penulis dianjurkan tidak terlampau sering menggunakan kata sambung jenis ini.
2.      Mulai paragraf dengan kata / inti kalimat terakhir yang diambil dari paragraf sebelumnya. Format ini akan membuat tulisan lebih mengalir dan tidak kaku.
(Mardiyah Chamim, Tempo Institute) kem.ami.or.id 
  1.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Substitution: A Grammatical Cohesion

Grammatical Cohesion According to Halliday and Hasan (1976: 4), cohesion occurs when the interpretation of some elements in the discourse is dependent on that of another. It concludes that the one element presupposes the other. The element cannot be effectively decoded except by recourse to it. Moreover, the basic concept of it is a semantic one. It refers to relations of meaning that exists within the text. So, when this happens, a relation of cohesion is set up, and the two elements, the presupposing and the presupposed, are thereby integrated into a text. Halliday and Hasan (1976: 39) classify grammatical cohesion into reference, substitution, ellipsis and conjunction. Substitution Substitution is a relation between linguistic items, such as words or phrases or in the other word, it is a relation on the lexico-grammatical level, the level of grammar and vocabulary, or linguistic form. It is also usually as relation in the wording rather than in the meaning. The criterion is the gram...

Lexical Cohesion in Discourse Analysis

Lexical Cohesion Lexical cohesion comes about through the selection of items that are related in some way to those that have gone before (Halliday, 1985: 310). Types of lexical cohesion are repetition, synonymy and collocation. Furthermore, Halliday and Hasan (1976: 288) divide types of lexical cohesion into reiteration (repetition, synonymy or near-synonym, superordinate and general word) and collocation.

Ellipsis in Discourse Analysis

The essential characteristic of ellipsis is something that is present in the selection of underlying (systematic) option that omitted in the structure. According to Halliday and Hasan (1976: 143), ellipsis can be regarded as substitution by zero. It is divided into three kinds, namely nominal ellipsis, verbal ellipsis, and clausal ellipsis. 1)         Nominal Ellipsis Nominal ellipsis means the ellipsis within the nominal group or the common noun that may be omitted and the function of head taken on by one of other elements (deictic, numerative, epithet or classifier). The deictic is normally a determiner, the numerative is a numeral or other quantifier, the epithet is an adjective and the classifier is a noun. According to Hassan and Halliday, this is more frequently a deictic or a numeral than epithet or classifier. The most characteristic instances of ellipsis, therefore are those with deictic or numerative as head.